Suaka untuk Badak Bercula Satu: Upaya Konservasi Badak Jawa di Indonesia

shercat.com, 17 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), dikenal sebagai badak bercula satu, adalah salah satu mamalia paling langka di dunia, dengan populasi yang hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten, Indonesia. Spesies ini diklasifikasikan sebagai critically endangered oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), dengan jumlah diperkirakan sekitar 80 ekor pada 2025. Suaka badak bercula satu, terutama di Ujung Kulon, menjadi benteng terakhir untuk mencegah kepunahan spesies ini, yang menghadapi ancaman perburuan liar, kehilangan habitat, dan rendahnya tingkat reproduksi. Artikel ini menyajikan panduan terperinci, akurat, dan terpercaya tentang suaka untuk badak bercula satu, mencakup sejarah, karakteristik badak Jawa, upaya konservasi, tantangan, dan solusi masa depan, berdasarkan sumber seperti ksdae.menlhk.go.id, bbc.com, id.wikipedia.org, dan tempo.co.

1. Karakteristik Badak Jawa 6 Pesona Taman Nasional Ujung Kulon Banten, Habitat Badak Bercula Satu Halaman all - Kompas.com

Badak Jawa adalah anggota keluarga Rhinocerotidae dan salah satu dari lima spesies badak yang masih ada di dunia. Menurut id.wikipedia.org, nama ilmiahnya berasal dari kata Yunani ῥίς (hidung) dan κέρας (cula), dengan sondaicus merujuk pada wilayah Sunda (Sumatra, Jawa, Kalimantan). Berikut adalah karakteristik utamanya:

  • Ukuran dan Penampilan: Badak Jawa memiliki panjang 3,1–3,2 m, tinggi 1,4–1,7 m, dan berat 900–2.300 kg, menjadikannya lebih kecil dibandingkan badak India, tetapi lebih besar dari badak Sumatra. Kulitnya berwarna abu-abu dengan lipatan tebal menyerupai baju baja, memberikan tampilan mosaik (detik.com). Cula tunggal (hanya pada jantan) biasanya lebih pendek dari 25 cm, lebih kecil dibandingkan spesies lain.

  • Habitat: Historis, badak Jawa menghuni hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah, dan dataran banjir di Asia Tenggara, dari India hingga Vietnam. Kini, mereka hanya ditemukan di hutan lebat dan rawa-rawa Ujung Kulon (kumparan.com).

  • Perilaku: Badak Jawa bersifat soliter, kecuali saat kawin atau membesarkan anak. Mereka menghindari manusia, tetapi bisa menyerang jika merasa terancam. Badak ini bergantung pada kubangan lumpur untuk menjaga suhu tubuh dan mencegah parasit (kids.grid.id). Cula mereka digunakan untuk memindahkan lumpur atau mencari makanan, bukan untuk bertarung.

  • Makanan: Sebagai herbivor, badak Jawa memakan ranting, daun, dan batang kecil, sering berpindah tempat untuk variasi pakan (detik.com).

  • Reproduksi: Betina mencapai kematangan seksual pada 3–4 tahun, jantan pada 6 tahun. Tingkat reproduksi rendah, dengan masa kehamilan 16–19 bulan dan kelahiran satu anak setiap 4–5 tahun (medium.com).

2. Sejarah Suaka Badak Bercula Satu

2.1 Taman Nasional Ujung Kulon: Benteng Terakhir Fauna di Suaka Margasatwa Ujung Kulon

Taman Nasional Ujung Kulon, terletak di ujung barat daya Pulau Jawa, Provinsi Banten, adalah satu-satunya habitat alami badak Jawa yang tersisa. Menurut wisatabanten.com, kawasan seluas 120.551 hektar (76.051 hektar daratan, 44.500 hektar perairan) ini diresmikan sebagai cagar alam pada 1921 dan menjadi taman nasional pada 1980. Pada 1992, UNESCO menetapkannya sebagai Situs Warisan Dunia karena keanekaragaman hayati dan peran krusialnya dalam konservasi badak Jawa (medium.com).

Awalnya, badak Jawa tersebar di seluruh Nusantara dan Asia Tenggara, tetapi perburuan untuk culanya dan hilangnya habitat akibat deforestasi mengurangi populasinya drastis pada abad ke-19. Pada 1960-an, populasi di Vietnam dan wilayah lain punah, meninggalkan Ujung Kulon sebagai suaka terakhir. Populasi badak Jawa di Ujung Kulon diperkirakan hanya 20 ekor pada 1967, meningkat menjadi sekitar 80 ekor pada 2021 berkat upaya konservasi (cnnindonesia.com).

2.2 Usulan Suaka Lain: Suaka Margasatwa Cikepuh

Pada 2014, Suaka Margasatwa Cikepuh di Sukabumi, Jawa Barat, diusulkan sebagai habitat kedua untuk badak Jawa. Menurut antaranews.com, luas Cikepuh (8.127 hektar) dengan topografi berbukit (0–250 mdpl) dianggap cocok untuk badak Jawa. Penelitian oleh Kementerian Lingkungan Hidup, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, dan WWF menunjukkan potensi Cikepuh untuk mendukung reproduksi badak, yang sulit di Ujung Kulon karena kepadatan populasi dan risiko kawin sedarah (antaranews.com). Namun, hingga 2025, rencana ini masih dalam tahap studi dan belum direalisasikan.

3. Upaya Konservasi di Suaka Badak Jawa Pemkab Pandeglang siap selamatkan badak jawa di Ujung Kulon

Konservasi badak Jawa di Ujung Kulon melibatkan berbagai strategi untuk melindungi populasi dan habitatnya. Berikut adalah upaya utama:

3.1 Pemantauan Populasi

  • Kamera Jebak: TNUK menggunakan 79–132 kamera jebak setiap tahun untuk memantau populasi badak Jawa. Berdasarkan data TNUK, jumlah badak meningkat dari 72 ekor (2019) menjadi 80 ekor (2021) dengan metode spatially explicit capture recapture (SECR) (cnnindonesia.com). Kamera jebak juga membantu mendeteksi kelahiran (misalnya, empat anak pada 2021) dan kematian (ksdae.menlhk.go.id).

  • Sampel Feses: Peneliti mengumpulkan feses untuk menganalisis kesehatan, pola makan, dan keberagaman genetik, menghindari gangguan langsung pada badak yang sensitif (id.wikipedia.org).

3.2 Perlindungan Habitat

  • Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA): Program ini menciptakan zona perlindungan (paddock) untuk mencegah badak keluar dari habitatnya. Namun, beberapa paddock perlu disesuaikan karena kedekatan dengan pemukiman manusia (cnnindonesia.com).

  • Pengendalian Tumbuhan Invasif: Tumbuhan langkap (Arenga obtusifolia) mengganggu pertumbuhan pakan badak. TNUK berupaya membasmi langkap, tetapi pertumbuhannya yang cepat menjadi tantangan (ksdae.menlhk.go.id).

  • Penanaman Pakan: Pemerintah dan mitra konservasi menanam tumbuhan pakan seperti ranting dan daun untuk mendukung kebutuhan nutrisi badak (wisatabanten.com).

3.3 Pencegahan Perburuan Badak Bercula Satu di Taman Nasional Ujung Kulon Bertambah, Tinggal 81 Ekor - Akurat Banten

  • Patroli Gabungan: TNUK membentuk tim gabungan dengan Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango, TN Gunung Halimun Salak, Brimob Polda Banten, dan mitra seperti Yayasan Badak Indonesia (YABI) untuk patroli anti-perburuan (ksdae.menlhk.go.id). Pada 2023, Polda Banten menerima 202 senjata rakitan dari masyarakat sekitar untuk mengurangi ancaman perburuan (liputan6.com).

  • Pagar Listrik: Suaka dilengkapi pagar listrik untuk mencegah masuknya pemburu (wisatabanten.com).

  • Penegakan Hukum: Pada 2024, Sunendi, pemimpin jaringan pemburu liar, divonis 12 tahun penjara atas pembunuhan enam badak Jawa, dengan cula dijual ke China seharga Rp200–500 juta per cula (bbc.com). Tiga pelaku lain ditangkap pada April 2024, menunjukkan komitmen penegakan hukum (bbc.com).

3.4 Edukasi dan Keterlibatan Masyarakat

  • Pendekatan Kesejahteraan: Sekretaris Ditjen KSDAE, Suharyono, menekankan pentingnya hubungan baik dengan masyarakat sekitar melalui edukasi tentang nilai konservasi badak Jawa (ksdae.menlhk.go.id). Program ini bertujuan mengurangi gangguan manusia dan perburuan.

  • Sosialisasi: TNUK mengadakan penyuluhan di desa penyangga untuk meningkatkan kesadaran tentang perlindungan badak (tempo.co).

3.5 Reproduksi Berbantu

  • Inspirasi dari Badak Sumatra: Ditjen KSDAE mengusulkan penerapan artificial breeding seperti yang berhasil pada badak Sumatra di Suaka Rhino Sumatra (SRS) Way Kambas. Teknologi reproduksi berbantu, seperti inseminasi buatan, dapat meningkatkan kelahiran badak Jawa (cnnindonesia.com).

  • Bank Gen: Pembangunan bank gen diusulkan untuk menjaga keberagaman genetik dan mencegah kepunahan (tempo.co).

4. Tantangan Konservasi Mengenal Badak Bercula Satu, Satwa Endemik Indonesia yang Terancam Punah - Semua Halaman - Kids

Meskipun ada kemajuan, konservasi badak Jawa menghadapi sejumlah tantangan:

4.1 Perburuan Liar

Perburuan untuk cula, yang dihargai tinggi di pasar gelap (hingga $30.000/kg untuk pengobatan tradisional Tiongkok), adalah ancaman utama. Pada 2023, ditemukan tulang belulang badak tanpa cula, menunjukkan aktivitas perburuan (bbc.com). Kasus Sunendi mengungkap jaringan transnasional yang menjual cula ke China, dengan dua warga negara China ditangkap sebagai calo (bbc.com).

4.2 Gangguan Habitat

  • Tumbuhan Langkap: Pertumbuhan langkap yang cepat mengurangi ketersediaan pakan alami badak (ksdae.menlhk.go.id).

  • Aktivitas Manusia: Aktivitas wisata dan masyarakat di sekitar TNUK mengganggu badak yang sensitif. Penutupan jalur wisata pada November 2023 bertujuan meminimalkan gangguan (cnnindonesia.com).

  • Bencana Alam: Letusan Gunung Anak Krakatau dan potensi tsunami mengancam kelangsungan habitat Ujung Kulon (id.wikipedia.org).

4.3 Rendahnya Reproduksi

Badak Jawa memiliki tingkat reproduksi rendah, dengan kelahiran hanya satu ekor setiap beberapa tahun. Kepadatan populasi di Ujung Kulon meningkatkan risiko kawin sedarah, mengurangi keberagaman genetik (tempo.co). Kelahiran dua anak badak pada 2021 menjadi harapan, tetapi jumlah ini masih minim (liputan6.com).

4.4 Keberagaman Genetik

Analisis genetik menunjukkan bahwa populasi badak Jawa di Ujung Kulon memiliki leluhur yang sama, meningkatkan risiko penyakit genetik dan penurunan fertilitas (id.wikipedia.org).

5. Solusi dan Masa Depan Konservasi

5.1 Pengembangan Habitat Baru

Untuk mengurangi risiko kepunahan akibat bencana alam atau kepadatan populasi, pengembangan habitat baru di luar Ujung Kulon diperlukan. Selain Cikepuh, Taman Nasional Halimun di Jawa Barat, yang pernah menjadi habitat badak Jawa, diusulkan sebagai lokasi alternatif (id.wikipedia.org). Habitat baru akan mendukung pemisahan populasi untuk mencegah kawin sedarah.

5.2 Teknologi Reproduksi

Penerapan captive breeding dengan teknologi reproduksi berbantu, seperti yang berhasil pada badak Sumatra, menjadi prioritas. Pembangunan fasilitas pengembangbiakan di TNUK atau lokasi lain dapat meningkatkan kelahiran (tempo.co).

5.3 Penguatan Penegakan Hukum

Peningkatan patroli, kerja sama dengan kepolisian, dan hukuman berat bagi pemburu liar (seperti kasus Sunendi) harus diperkuat. Penyelidikan jaringan perdagangan cula ke China perlu diperdalam (bbc.com).

5.4 Keterlibatan Internasional

Kerja sama dengan organisasi seperti WWF, International Rhino Foundation (IRF), dan IUCN dapat meningkatkan pendanaan dan keahlian untuk konservasi. Program seperti Javan Rhino Study and Conservation Area membutuhkan dukungan global (ksdae.menlhk.go.id).

5.5 Edukasi dan Ekonomi Masyarakat

Program kesejahteraan masyarakat, seperti pelatihan ekowisata atau pertanian berkelanjutan, dapat mengurangi ketergantungan pada aktivitas ilegal di sekitar TNUK (ksdae.menlhk.go.id).

6. Dampak Suaka Badak Jawa Taman Nasional Way Kambas - TFCA Sumatera

6.1 Kelestarian Spesies

Suaka di Ujung Kulon telah berhasil meningkatkan populasi badak Jawa dari 20 ekor (1967) menjadi 80 ekor (2021), meskipun ancaman tetap ada (cnnindonesia.com). Kelahiran anak badak, seperti dua ekor pada 2021, menunjukkan potensi pemulihan (liputan6.com).

6.2 Keanekaragaman Hayati

Ujung Kulon juga melindungi spesies lain seperti banteng, rusa, dan burung endemik, menjadikannya hotspot keanekaragaman hayati (detik.com).

6.3 Pariwisata dan Pendidikan

Meskipun jalur wisata ditutup pada 2023, Ujung Kulon tetap menjadi destinasi edukasi tentang konservasi. Maskot seperti Bacuya (Piala Dunia U-20 2023) meningkatkan kesadaran global tentang badak Jawa (kompas.com).

7. Kesimpulan

Suaka untuk badak bercula satu, terutama di Taman Nasional Ujung Kulon, adalah simbol perjuangan Indonesia untuk melindungi salah satu spesies paling terancam di dunia. Dengan populasi hanya sekitar 80 ekor, badak Jawa menghadapi ancaman perburuan, gangguan habitat, dan rendahnya reproduksi. Upaya konservasi, termasuk pemantauan dengan kamera jebak, patroli anti-perburuan, dan pengendalian tumbuhan invasif, telah menunjukkan hasil positif, tetapi tantangan seperti langkap dan risiko bencana alam tetap besar. Solusi masa depan, seperti pengembangan habitat baru di Cikepuh, teknologi reproduksi berbantu, dan keterlibatan masyarakat, menjadi kunci untuk mencegah kepunahan. Seperti dikatakan oleh Dirjen KSDAE Satyawan Pudyatmoko, “Habitat yang layak akan menjadi faktor penentu utama peningkatan populasi” (ksdae.menlhk.go.id). Dengan komitmen nasional dan internasional, suaka badak Jawa dapat terus menjadi harapan bagi kelangsungan spesies ini dan warisan keanekaragaman hayati Indonesia.

Referensi

BACA JUGA: Dampak Positif dan Negatif Media Sosial di Era 2025: Peluang dan Tantangan dalam Kehidupan Digital

BACA JUGA: Tim Berners-Lee: Pencetus World Wide Web dan Karya Revolusioner yang Mengubah Dunia

BACA JUGA: Pengertian dan Perbedaan Paham Komunisme Menurut Marxisme: Analisis Mendalam