Sanctuary untuk Harimau: Konservasi dan Rehabilitasi

shercat.com, 28 APRIL 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88

Pendahuluan.

Dua Bayi Harimau Sumatera Lahir di Barumun Sanctuary, Populasi Meningkat?

Harimau, sebagai salah satu predator puncak di ekosistem, memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan alam. Di Indonesia, harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies terakhir yang masih bertahan setelah kepunahan harimau Jawa dan harimau Bali. Namun, populasi harimau Sumatera kini terancam punah dengan jumlah diperkirakan hanya sekitar 400–600 ekor di alam liar, tersebar di hutan-hutan Sumatera. Ancaman utama meliputi hilangnya habitat akibat deforestasi, perburuan ilegal, dan konflik dengan manusia. Untuk mengatasi tantangan ini, sanctuary atau suaka harimau menjadi solusi penting dalam upaya konservasi, rehabilitasi, dan pelestarian spesies ini. Artikel ini akan membahas secara mendetail tentang sanctuary untuk harimau, termasuk tujuan, fungsi, implementasi, tantangan, dan contoh nyata di Indonesia.

Apa Itu Sanctuary untuk Harimau?

Habitat Kian Menyusut, Harimau Sumatera Masuki Kawasan Permukiman

Sanctuary untuk harimau adalah kawasan yang dirancang khusus untuk melindungi, merehabilitasi, dan, jika memungkinkan, melepasliarkan kembali harimau ke habitat alaminya. Berbeda dengan kebun binatang yang bertujuan untuk display dan edukasi publik, sanctuary berfokus pada kesejahteraan satwa, pemulihan populasi, dan pelestarian ekosistem. Sanctuary biasanya berlokasi di atau dekat habitat alami harimau, jauh dari pemukiman manusia, dengan lingkungan yang menyerupai kondisi liar untuk mendukung perilaku alami mereka.

Menurut Erni Suyanti Musabine (Yanti), seorang dokter hewan yang aktif dalam konservasi harimau, sanctuary idealnya berada di habitat alami dengan populasi mangsa yang cukup dan minim interaksi dengan manusia. Sanctuary bukanlah kandang permanen seperti di kebun binatang, melainkan tempat perlindungan sementara atau permanen bagi harimau yang tidak dapat kembali ke alam liar, seperti harimau yang cacat akibat jerat atau terluka akibat konflik dengan manusia.

Tujuan Sanctuary untuk Harimau

4 Fakta Harimau Benggala, Salah Satunya Gemar Berenang

  1. Perlindungan dan Rehabilitasi: Memberikan tempat aman bagi harimau yang diselamatkan dari perburuan, jerat, atau konflik dengan manusia untuk dirawat hingga pulih.

  2. Pemulihan Populasi: Mendukung reproduksi harimau dalam lingkungan yang terkontrol untuk meningkatkan jumlah individu dan keanekaragaman genetik.

  3. Pelepasliaran: Mempersiapkan harimau yang sehat untuk kembali ke alam liar melalui proses adaptasi dan pelatihan.

  4. Konservasi Ekosistem: Melindungi habitat alami harimau, yang juga mendukung keberlangsungan spesies mangsa dan flora di kawasan tersebut.

  5. Edukasi dan Penyadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian harimau dan ekosistemnya.

Fungsi Sanctuary dalam Konservasi Harimau

Sanctuary memiliki beberapa fungsi utama yang mendukung kelangsungan hidup harimau Sumatera:

1. Penyelamatan dan Perawatan

Menyelamatkan Si Raja Rimba: Upaya Konservasi Harimau Sumatra di Era Modern  - Indonesia.go.id

Banyak harimau Sumatera yang ditemukan dalam kondisi kritis, seperti terjerat atau terluka akibat konflik dengan manusia. Sanctuary menyediakan fasilitas medis dan perawatan untuk memulihkan kesehatan mereka. Contohnya, Yanti dan timnya di Bengkulu melakukan 12 operasi penyelamatan harimau antara 2007–2014, termasuk amputasi kaki harimau yang terjerat. Sanctuary seperti Barumun Wildlife Sanctuary di Sumatra Utara merawat harimau yang terluka hingga siap dilepasliarkan.

2. Rehabilitasi Perilaku

Good News From Indonesia on X: "Barumun Sanctuary (Sumatra Utara) menjadi  tempat ini jadi rumah bagi harimau yang diselamatkan dari konflik  manusia-satwa atau yang kehilangan habitat. Mereka dirawat dengan tujuan  rehabilitasi &

Harimau yang telah lama berinteraksi dengan manusia atau hidup di luar habitat alami sering kali kehilangan insting liar mereka. Sanctuary membantu mengembalikan perilaku alami melalui lingkungan yang menyerupai habitat asli, seperti hutan dengan vegetasi lebat dan akses ke mangsa hidup (jika memungkinkan). Proses ini penting untuk mempersiapkan harimau untuk pelepasliaran.

3. Penelitian dan Pemantauan

Catatan Akhir Tahun: Melindungi Harimau Sumatera Harus Ada Strategi  Komunikasi

Sanctuary sering menjadi pusat penelitian untuk memahami biologi, perilaku, dan kebutuhan harimau. Teknologi seperti kamera jebak (trap camera) digunakan untuk memantau populasi dan perilaku harimau di sanctuary atau kawasan konservasi terdekat. Data ini membantu merancang strategi konservasi yang lebih efektif.

4. Pelestarian Genetik

Mengapa Konservasi Harimau Penting? Ini Penjelasan WWF | Republika Online

Dengan populasi yang semakin kecil, harimau Sumatera rentan terhadap penurunan keanekaragaman genetik. Sanctuary dapat menjadi tempat untuk program pengembangbiakan terkontrol, memastikan pasangan harimau memiliki keragaman genetik yang sehat untuk mencegah kelainan genetik.

5. Mitigasi Konflik Manusia-Harimau

Sanctuary membantu mengurangi konflik dengan menyediakan tempat bagi harimau yang tersingkir dari habitatnya. Dengan merelokasi harimau ke sanctuary atau kawasan konservasi, risiko serangan terhadap manusia atau ternak dapat diminimalkan.

Contoh Sanctuary untuk Harimau di Indonesia

Beberapa sanctuary dan kawasan konservasi di Indonesia telah berperan penting dalam pelestarian harimau Sumatera:

1. Barumun Wildlife Sanctuary, Sumatra Utara

Barumun Wildlife Sanctuary adalah salah satu fasilitas penting untuk rehabilitasi harimau Sumatera. Sanctuary ini menjadi rumah bagi harimau yang diselamatkan dari konflik manusia-satwa atau yang kehilangan habitat. Harimau yang dirawat di sini menjalani perawatan medis, rehabilitasi, dan, jika memungkinkan, dilepasliarkan kembali ke alam liar, seperti di Taman Nasional Kerinci Seblat atau Aceh. Proses pelepasliaran didukung oleh observasi dokter hewan dan ahli konservasi untuk memastikan harimau siap bertahan hidup di alam.

2. Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau

Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) adalah salah satu habitat utama harimau Sumatera, dengan populasi sekitar 47 ekor pada 2017. Meskipun bukan sanctuary dalam arti tradisional, TNBT berfungsi sebagai kawasan konservasi yang mendukung pelestarian harimau melalui perlindungan habitat dan pemantauan populasi. Jejak harimau di punggungan TNBT memudahkan patroli untuk memastikan keamanan teritorial mereka.

3. Taman Nasional Kerinci Seblat

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) adalah salah satu kawasan konservasi terbesar di Sumatera, dengan populasi harimau diperkirakan antara 150–180 ekor. TNKS sering menjadi lokasi pelepasliaran harimau yang direhabilitasi dari sanctuary lain. PT Agincourt Resources bahkan menyediakan helikopter untuk mendukung pelepasliaran harimau di TNKS, mengingat medan yang sulit dijangkau.

Tantangan dalam Pengelolaan Sanctuary

Meskipun sanctuary memiliki peran penting, ada beberapa tantangan yang dihadapi:

1. Pendanaan

Membangun dan mengelola sanctuary membutuhkan biaya besar untuk fasilitas medis, makanan, tenaga ahli, dan pemantauan. Meskipun ada donor yang mendukung, seperti yang disebutkan oleh Yanti, pendanaan sering kali tidak berkelanjutan.

2. Birokrasi dan Perizinan

Proses administratif untuk mendirikan sanctuary atau merelokasi harimau sering kali rumit dan memakan waktu. Hal ini dapat menghambat respons cepat terhadap kasus penyelamatan.

3. Konflik dengan Masyarakat

Sanctuary yang berdekatan dengan pemukiman warga berisiko memicu konflik, terutama jika harimau keluar dari kawasan sanctuary. Edukasi masyarakat sekitar sangat penting untuk menciptakan harmoni.

4. Degradasi Habitat

Banyak kawasan yang potensial untuk sanctuary telah terdegradasi akibat pembukaan lahan untuk perkebunan sawit atau pertambangan. Hal ini membatasi ruang jelajah harimau dan ketersediaan mangsa.

5. Perburuan Ilegal

Perburuan untuk kulit, taring, dan bagian tubuh harimau tetap menjadi ancaman. Sanctuary harus memiliki sistem keamanan yang ketat untuk mencegah akses pemburu.

Strategi Meningkatkan Efektivitas Sanctuary

Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa strategi dapat diterapkan:

  1. Kolaborasi Multi-Pihak: Melibatkan pemerintah, LSM, perusahaan swasta (seperti PT Agincourt Resources), dan masyarakat lokal dalam pengelolaan sanctuary.

  2. Penguatan Hukum: Memperketat penegakan hukum terhadap perburuan dan perdagangan ilegal bagian tubuh harimau, seperti yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 1990.

  3. Restorasi Habitat: Mengembalikan hutan yang terdegradasi melalui reboisasi dan penghentian konversi hutan primer, sesuai kebijakan PIPPIB.

  4. Edukasi Masyarakat: Mengintegrasikan pengetahuan ekologi tradisional, seperti yang dimiliki masyarakat Semende, untuk mengurangi konflik dan meningkatkan dukungan terhadap konservasi.

  5. Teknologi dan Penelitian: Menggunakan teknologi seperti drone dan kamera jebak untuk pemantauan, serta penelitian genetika untuk mendukung program pengembangbiakan.

Hubungan Sanctuary dengan Budaya Lokal

Harimau Sumatera bukan hanya satwa liar, tetapi juga bagian dari peradaban masyarakat Sumatera. Banyak komunitas lokal, seperti masyarakat Semende dan Melayu Riau, memiliki hubungan harmonis dengan harimau, memandangnya sebagai bagian dari ekosistem yang tidak perlu ditakuti. Sanctuary dapat memperkuat nilai budaya ini dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan konservasi, seperti patroli hutan atau edukasi. Conie Sema, seorang pekerja seni dari Palembang, menekankan pentingnya menjaga harimau di habitatnya untuk mencegah kerusakan ekologi dan hilangnya tradisi budaya.

Kesimpulan

Sanctuary untuk harimau adalah pilar utama dalam upaya menyelamatkan harimau Sumatera dari ancaman kepunahan. Dengan fungsi melindungi, merehabilitasi, dan mendukung pelepasliaran, sanctuary tidak hanya menjaga kelangsungan hidup harimau, tetapi juga ekosistem yang bergantung pada keberadaan predator puncak ini. Meskipun menghadapi tantangan seperti pendanaan, birokrasi, dan konflik dengan manusia, kolaborasi multi-pihak, penguatan hukum, dan integrasi budaya lokal dapat meningkatkan efektivitas sanctuary. Contoh nyata seperti Barumun Wildlife Sanctuary dan Taman Nasional Kerinci Seblat menunjukkan bahwa dengan komitmen dan kerja keras, harimau Sumatera masih memiliki harapan untuk bertahan dan berkembang di alam liar.

BACA JUGA: Panduan Perawatan dan Penjinakan Anjing dari Bayi hingga Dewasa

BACA JUGA: Sejarah Kemerdekaan Negara Vatikan: Perjalanan Panjang Menuju Kedaulatan Spritual

BACA JUGA: Tips Membeli Onderdil Mobil Secara Baik dan Benar