shercat.com, 07 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Suaka Margasatwa (SM) Bentayan adalah salah satu kawasan konservasi di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia, yang memiliki peran penting dalam melindungi keanekaragaman hayati, khususnya flora dan fauna khas ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah. Terletak di dua kabupaten, yaitu Banyuasin dan Musi Banyuasin, SM Bentayan memiliki luas 19.300 hektar dan ditetapkan sebagai suaka margasatwa sejak 16 April 1981 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 264/Kpts/Um/4/1981. Kawasan ini dirancang untuk melindungi satwa liar yang terancam punah dan habitatnya, sekaligus mendukung penelitian, pendidikan, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, SM Bentayan menghadapi tantangan serius akibat perambahan dan konversi lahan, yang mengancam kelestarian ekosistemnya. Artikel ini akan menguraikan secara mendalam sejarah, karakteristik, potensi hayati, tantangan, dan upaya pengelolaan SM Bentayan berdasarkan sumber terpercaya seperti situs resmi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan, jurnal akademik, dan laporan terkini.
Sejarah dan Dasar Hukum
SM Bentayan resmi ditetapkan pada 16 April 1981 sebagai bagian dari upaya pemerintah Indonesia untuk melindungi keanekaragaman hayati sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Kawasan ini awalnya merupakan hutan lebat yang belum dihuni manusia, dengan vegetasi hutan hujan tropis dataran rendah yang kaya akan flora dan fauna. Penetapan SM Bentayan sebagai suaka margasatwa bertujuan untuk melindungi satwa liar khas, seperti beruang madu (Helarctos malayanus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), dan berbagai spesies burung dan reptil, serta menjaga ekosistemnya dari ancaman eksploitasi.
Pada pertengahan 1980-an, kawasan ini mulai mengalami tekanan akibat aktivitas penebangan oleh perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Setelah penebangan, masyarakat mulai masuk dan mendirikan permukiman serta lahan pertanian, terutama karet dan kelapa sawit, yang menyebabkan perambahan hingga 20% dari total luas kawasan pada 2015. Pengelolaan SM Bentayan berada di bawah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan, yang bertugas menjaga kelestarian kawasan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Letak Geografis dan Aksesibilitas
Secara geografis, SM Bentayan terletak pada koordinat 103°58’41″–104°07’52” Bujur Timur dan 2°15’37″–2°22’05” Lintang Selatan, dengan ketinggian 20–130 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kawasan ini berada di dua kabupaten administratif:
-
Kabupaten Banyuasin
-
Kabupaten Musi Banyuasin
Batas-batas kawasan SM Bentayan adalah sebagai berikut:
-
Utara: Hutan Produksi (HPH) Silva
-
Barat: Desa Simpang Tungkal
-
Selatan: Jalan PT Conoco Phillips
-
Timur: Desa Keluang
Akses ke SM Bentayan dapat ditempuh melalui jalur darat dari Palembang menuju Kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Dangku Bentayan di Simpang Tungkal, Musi Banyuasin, melalui Jalan Palembang–Jambi sejauh ±162 km atau sekitar 4 jam perjalanan. Dari kantor KPHK, kawasan SM Bentayan dapat dicapai dalam 1–2 jam melalui akses jalan yang berbatasan dengan kawasan. Aksesibilitas ini relatif mudah, tetapi kurangnya pengawasan di beberapa area telah mempermudah perambahan oleh masyarakat.
Karakteristik Fisik dan Ekosistem
SM Bentayan memiliki ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah dengan topografi landai hingga bergelombang ringan. Ketinggian yang relatif rendah (20–130 mdpl) mendukung vegetasi hutan tropis yang homogen, dengan kond personally tailored to the needs of protected species. Ekosistem ini dicirikan oleh keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi, meskipun sebagian kawasan telah mengalami kerusakan akibat perambahan dan konversi lahan menjadi perkebunan karet dan sawit. Sekitar 20% dari luas kawasan (sekitar 3.860 hektar) telah terdegradasi pada 2015, terutama akibat aktivitas masyarakat yang mendirikan permukiman dan lahan pertanian.
Kualitas tanah di SM Bentayan umumnya merupakan tanah podsolik merah kuning dengan drainase yang baik, mendukung pertumbuhan vegetasi seperti pohon meranti dan jelutung. Curah hujan tahunan berkisar antara 2.000–3.000 mm, dengan musim hujan yang mendukung pertumbuhan vegetasi lebat, meskipun musim kemarau dapat meningkatkan risiko kebakaran hutan di area yang terdegradasi.
Potensi Keanekaragaman Hayati
SM Bentayan memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang signifikan, menjadikannya salah satu kawasan konservasi penting di Sumatera Selatan. Berikut adalah rincian potensi hayati berdasarkan pengamatan dan laporan dari BKSDA Sumatera Selatan:
Flora
Vegetasi di SM Bentayan didominasi oleh spesies pohon khas hutan hujan tropis dataran rendah, termasuk:
-
Meranti (Shorea spp.): Pohon kayu keras yang bernilai ekonomi tinggi.
-
Jelutung (Dyera costulata): Dikenal karena getahnya yang digunakan untuk lateks.
-
Pulai (Alstonia spp.): Pohon dengan kayu ringan yang sering digunakan untuk furnitur.
-
Medang (Litsea spp.): Pohon dengan nilai ekologi tinggi untuk mendukung fauna.
-
Mahang (Macaranga hypoleuca): Tumbuhan pionir yang tumbuh cepat di lahan terdegradasi.
-
Sungkai (Peronema canescens): Pohon serbaguna untuk kayu dan rehabilitasi lahan.
-
Terap (Artocarpus elasticus): Menghasilkan buah yang menjadi sumber makanan satwa.
-
Manggeris (Koompassia malaccensis): Pohon tinggi yang mendukung ekosistem burung.
-
Tumbuhan Bawah: Rotan (Calamus spp.), resak (Vatica spp.), pandan (Pandanus spp.), dan semak belukar.
Meskipun flora ini masih cukup beragam, konversi lahan menjadi perkebunan telah mengurangi kepadatan vegetasi asli, terutama di area yang berbatasan dengan permukiman.
Fauna
SM Bentayan menjadi habitat bagi berbagai spesies satwa liar, beberapa di antaranya dilindungi karena statusnya yang terancam punah. Fauna yang teridentifikasi meliputi:
-
Mamalia:
-
Beruang madu (Helarctos malayanus): Spesies dilindungi yang terancam akibat hilangnya habitat.
-
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis): Spesies yang adaptif tetapi sering berkonflik dengan manusia di area perbatasan.
-
Babi hutan (Sus scrofa): Satwa yang sering merusak pertanian masyarakat sekitar.
-
Musang (Paradoxurus hermaphroditus): Mamalia kecil yang berperan dalam penyebaran biji.
-
Tupai (Scandentia spp.): Mamalia kecil yang mendukung ekosistem hutan.
-
-
Reptil:
-
Ular sanca (Malayopython reticulatus): Predator penting dalam rantai makanan.
-
Biawak (Varanus salvator): Reptil besar yang sering ditemukan di area lahan basah.
-
-
Burung:
-
Elang bondol (Haliastur indus): Burung pemangsa yang bergantung pada hutan lebat untuk berburu.
-
Berbagai spesies burung kecil seperti burung madu dan cekakak.
-
-
Amfibi dan Ikan: Keberadaan spesies ini kurang terdokumentasi, tetapi lahan basah di sekitar SM Bentayan mendukung kehidupan katak dan ikan air tawar seperti ikan gabus (Ophiocephalus striatus).
Keanekaragaman fauna ini menurun akibat perambahan, yang menyebabkan fragmentasi habitat dan meningkatkan konflik antara satwa liar dan manusia, terutama dengan monyet ekor panjang dan babi hutan.
Fungsi dan Tujuan SM Bentayan
Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998, SM Bentayan memiliki tujuan utama sebagai berikut:
-
Pelestarian Satwa Liar: Melindungi spesies satwa yang terancam punah, seperti beruang madu, dari kepunahan akibat perburuan atau hilangnya habitat.
-
Pembinaan Habitat: Menjaga dan memulihkan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah untuk mendukung kelangsungan hidup satwa.
-
Penelitian dan Pendidikan: Menyediakan lokasi untuk studi ilmiah tentang flora, fauna, dan ekosistem, serta mendukung pendidikan konservasi.
-
Pengembangan Budidaya: Memfasilitasi kegiatan budidaya yang sesuai dengan prinsip konservasi, seperti pengelolaan rotan atau tanaman obat.
-
Pariwisata dan Rekreasi: Menawarkan potensi wisata alam yang terkontrol untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang konservasi.
SM Bentayan juga memiliki nilai budaya dan ilmiah sebagai bagian dari kekayaan nasional Indonesia, sejalan dengan misi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menjaga keanekaragaman hayati.
Tantangan dan Ancaman
SM Bentayan menghadapi sejumlah tantangan yang mengancam kelestarian ekosistemnya:
1. Perambahan dan Konversi Lahan
Sejak pertengahan 1980-an, SM Bentayan telah mengalami perambahan oleh masyarakat yang mendirikan permukiman dan lahan pertanian, terutama karet dan kelapa sawit. Sekitar 1.600 hektar (8,3% dari total luas) telah dikuasai masyarakat, dengan 100 hektar untuk permukiman dan 1.500 hektar untuk perladangan. Perambahan ini dipicu oleh:
-
Faktor Ekonomi: Masyarakat, seperti warga Dusun Gersik Belido, bermigrasi ke kawasan ini akibat keterbatasan ekonomi di daerah asal mereka. Banyak yang awalnya bekerja sebagai buruh HPH kemudian menetap dan membuka lahan.
-
Kurangnya Pengawasan: Lemahnya pengawasan oleh BKSDA memungkinkan masyarakat untuk mendirikan permukiman secara sistematis, termasuk pembagian lahan untuk koordinasi antarwarga.
-
Ketidaktahuan: Banyak warga, seperti yang diwawancarai dalam penelitian oleh UIN Raden Fatah, tidak menyadari bahwa kawasan ini adalah suaka margasatwa yang dilindungi.
2. Konflik Manusia-Satwa
Perambahan lahan telah menyebabkan fragmentasi habitat, memaksa satwa liar seperti monyet ekor panjang dan babi hutan masuk ke area pertanian atau permukiman, sehingga memicu konflik. Konflik ini terutama terjadi karena satwa mencari makanan di lahan pertanian warga, menyebabkan kerugian ekonomi.
3. Kerusakan Ekosistem
Konversi hutan menjadi perkebunan telah mengurangi tutupan vegetasi asli, mengganggu rantai makanan, dan meningkatkan risiko erosi serta kebakaran hutan. Sekitar 20% kawasan telah terdegradasi pada 2015, dan tanpa intervensi, angka ini dapat meningkat.
4. Kurangnya Sarana dan Prasarana
Pengelolaan SM Bentayan terhambat oleh keterbatasan fasilitas, seperti pos jaga, jalan inspeksi, dan peralatan pemantauan. Hal ini menyulitkan BKSDA untuk melakukan patroli dan mencegah perambahan secara efektif.
Upaya Pengelolaan dan Konservasi
BKSDA Sumatera Selatan dan KLHK telah melakukan sejumlah upaya untuk mengelola dan melindungi SM Bentayan:
-
Patroli dan Pengawasan: Meskipun terbatas, BKSDA melakukan patroli rutin untuk mencegah perambahan lebih lanjut dan memantau populasi satwa.
-
Rehabilitasi Ekosistem: Penanaman kembali vegetasi asli, seperti meranti dan jelutung, dilakukan untuk memulihkan area yang terdegradasi. Program ini melibatkan kerja sama dengan organisasi non-pemerintah dan masyarakat lokal.
-
Edukasi dan Sosialisasi: BKSDA mengadakan program penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang status konservasi SM Bentayan dan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati.
-
Pendekatan Komunikasi Lingkungan: Penelitian oleh UIN Raden Fatah menyarankan pendekatan komunikasi lingkungan untuk mengurangi konflik dengan masyarakat. Ini melibatkan dialog dengan warga untuk memahami kebutuhan ekonomi mereka sambil mempromosikan alternatif mata pencaharian yang ramah lingkungan.
-
Pengembangan Wisata Edukasi: SM Bentayan memiliki potensi sebagai destinasi wisata alam dan edukasi, dengan fokus pada pengamatan burung dan satwa liar. Namun, pengembangan ini masih terbatas akibat kurangnya infrastruktur.
Potensi Pengembangan
SM Bentayan memiliki potensi besar untuk mendukung konservasi dan pembangunan berkelanjutan:
-
Wisata Alam: Dengan pengelolaan yang baik, SM Bentayan dapat menjadi destinasi wisata alam, seperti pengamatan elang bondol atau trekking di hutan tropis.
-
Penelitian Ilmiah: Keanekaragaman hayati kawasan ini menarik bagi peneliti ekologi, zoologi, dan botani, terutama untuk mempelajari spesies seperti beruang madu dan vegetasi tropis.
-
Pemberdayaan Masyarakat: Program kemitraan dengan masyarakat, seperti budidaya rotan atau tanaman obat, dapat mengurangi ketergantungan pada perambahan lahan.
-
Konservasi Satwa: Dengan pemulihan habitat, SM Bentayan dapat menjadi pusat pelestarian beruang madu dan spesies lain yang terancam.
Kesimpulan
Suaka Margasatwa Bentayan adalah kawasan konservasi penting di Sumatera Selatan yang berperan dalam melindungi keanekaragaman hayati hutan hujan tropis dataran rendah. Dengan luas 19.300 hektar, kawasan ini menjadi habitat bagi flora seperti meranti dan jelutung serta fauna seperti beruang madu dan monyet ekor panjang. Meskipun memiliki potensi besar untuk konservasi, penelitian, dan wisata, SM Bentayan menghadapi tantangan serius akibat perambahan, konversi lahan, dan konflik manusia-satwa. Upaya pengelolaan oleh BKSDA, seperti patroli, rehabilitasi ekosistem, dan edukasi masyarakat, perlu diperkuat dengan infrastruktur yang memadai dan pendekatan komunikasi lingkungan untuk mengurangi konflik. Dengan pengelolaan yang berkelanjutan, SM Bentayan dapat terus berkontribusi pada pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan mendukung pembangunan berkelanjutan di wilayah Sumatera Selatan.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs resmi BKSDA Sumatera Selatan (balaiksdasumsel.org) atau hubungi kantor KPHK Dangku Bentayan.
BACA JUGA: Masalah Sosial di Indonesia pada Tahun 1900-an: Dampak Kolonialisme dan Kebangkitan Kesadaran Sosial
BACA JUGA: Perkembangan Teknologi Militer Portugal: Dari Era Penjelajahan hingga Abad Modern