shercat.com, 06 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Suaka Margasatwa Gumai Pasemah, terletak di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, adalah salah satu kawasan konservasi penting di Indonesia yang ditujukan untuk melindungi keanekaragaman hayati, khususnya satwa liar yang memiliki nilai ekologis, ilmiah, dan budaya. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 408/Kpts/Um/6/76 tanggal 30 Juni 1976, kawasan ini memiliki luas 45.883 hektare dan dikenal sebagai habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna, termasuk mamalia kecil, burung, dan vegetasi khas hutan tropis dataran rendah. Artikel ini menyajikan informasi mendalam, akurat, dan terpercaya tentang Suaka Margasatwa Gumai Pasemah, mencakup sejarah penetapan, karakteristik ekosistem, flora dan fauna, pengelolaan, tantangan, serta peran kawasan ini dalam konservasi, berdasarkan sumber seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan, dan literatur ilmiah seperti repository.ipb.ac.id serta balaiksdasumsel.org.
Sejarah Penetapan dan Landasan Hukum
Suaka Margasatwa Gumai Pasemah ditetapkan pada 30 Juni 1976 melalui Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 408/Kpts/Um/6/76, dengan luas 45.883 hektare. Penetapan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia untuk melindungi keanekaragaman hayati sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998, suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang memerlukan perlindungan dan pembinaan untuk kelangsungan hidupnya serta habitatnya. Gumai Pasemah memenuhi kriteria ini karena menjadi tempat hidup bagi satwa langka dan memiliki ekosistem hutan tropis yang kaya.
Kawasan ini dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tujuannya adalah untuk mencegah kepunahan satwa, mendukung penelitian ilmiah, pendidikan, dan wisata terbatas, serta menjaga keanekaragaman hayati sebagai aset nasional. Bersama dengan Suaka Margasatwa Isau-Isau Pasemah (luas 12.144 hektare, ditetapkan pada 7 Februari 1978), Gumai Pasemah menjadi bagian penting dari lanskap konservasi di wilayah Pasemah, Sumatera Selatan.
Karakteristik Geografis dan Ekosistem
Lokasi dan Topografi
Suaka Margasatwa Gumai Pasemah terletak di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, di dataran tinggi Pasemah, yang dikenal sebagai salah satu wilayah dengan lanskap budaya dan alam yang unik. Kawasan ini berada pada ketinggian bervariasi, mulai dari dataran rendah hingga perbukitan, dengan topografi yang didominasi oleh hutan tropis dataran rendah dan perbukitan. Menurut repository.ipb.ac.id, kawasan ini merupakan bagian dari ekosistem hutan tropis yang masih asli, meskipun beberapa bagian telah mengalami degradasi akibat aktivitas manusia sebelum penetapan sebagai suaka margasatwa.
Iklim dan Hidrologi
Berada di wilayah tropis dekat garis khatulistiwa, Gumai Pasemah memiliki iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.000–3.000 mm. Musim hujan berlangsung dari Oktober hingga Maret, sementara musim kemarau dari April hingga September. Kawasan ini juga merupakan hulu dari beberapa sungai penting di Sumatera Selatan, yang mendukung keberlanjutan ekosistem dan menyediakan sumber air bagi satwa liar dan komunitas sekitar.
Vegetasi
Vegetasi di Suaka Margasatwa Gumai Pasemah didominasi oleh hutan tropis dataran rendah dengan jenis flora dari famili Dipterocarpaceae, seperti Shorea spp. dan Dipterocarpus spp., yang merupakan pohon penyusun utama kanopi hutan. Menurut balaiksdasumsel.org, vegetasi lain yang dominan meliputi:
-
Pohon Besar: Meranti (Shorea spp.), keruing (Dipterocarpus spp.), dan damar (Agathis spp.).
-
Tanaman Bawah: Rotan, pandan, dan berbagai spesies pakis.
-
Tanaman Hasil Rehabilitasi: Beberapa bagian kawasan telah direhabilitasi dengan penanaman spesies seperti mahoni (Swietenia macrophylla), jati (Tectona grandis), dan akasia (Acacia mangium).
Rehabilitasi vegetasi dilakukan untuk memulihkan ekosistem yang terdegradasi, terutama akibat aktivitas pertanian dan penebangan sebelum kawasan ini dilindungi. Upaya ini telah meningkatkan daya dukung habitat bagi satwa liar.
Flora dan Fauna
Flora
Keanekaragaman flora di Gumai Pasemah mencerminkan kekayaan hutan tropis Sumatera. Selain spesies Dipterocarpaceae, kawasan ini juga mendukung tanaman epifit seperti anggrek dan lumut, serta tanaman berkhasiat obat seperti pohon kina (Cinchona spp.) dan akar wangi (Vetiveria zizanioides). Flora ini tidak hanya berperan sebagai penyedia pakan bagi satwa herbivora, tetapi juga sebagai penyebar biji oleh burung dan mamalia.
Fauna
Suaka Margasatwa Gumai Pasemah dikenal sebagai habitat bagi berbagai spesies satwa, terutama mamalia kecil dan burung, sebagaimana diidentifikasi dalam penelitian oleh repository.ipb.ac.id. Beberapa spesies penting meliputi:
-
Mamalia Kecil:
-
Tupai tanah (Tupaia spp.): Mamalia kecil pemakan serangga dan buah yang aktif di lantai hutan.
-
Tikus hutan (Rattus spp.): Berperan dalam rantai makanan sebagai mangsa predator kecil.
-
Kelelawar buah (Cynopterus spp.): Berfungsi sebagai penyebar biji, mendukung regenerasi hutan.
-
-
Mamalia Besar:
-
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae): Spesies yang dilindungi karena statusnya yang terancam punah (IUCN: Critically Endangered).
-
Beruang madu (Helarctos malayanus): Spesies omnivora yang bergantung pada buah-buahan dan serangga.
-
Kijang (Muntiacus muntjak): Satwa herbivora yang menjadi mangsa predator besar.
-
-
Burung:
-
Elang ular bido (Spilornis cheela): Burung pemangsa yang dilindungi (UU No. 5/1990).
-
Alap-alap capung (Microhierax fringillarius): Burung kecil yang berperan sebagai pengendali populasi serangga.
-
Burung hantu (Tyto alba): Berperan dalam pengendalian hama tikus.
-
-
Reptil dan Amfibi:
-
Ular sanca (Python spp.) dan berbagai spesies katak yang mendukung rantai makanan ekosistem.
-
Menurut balaiksdasumsel.org, keberadaan burung di kawasan ini menunjukkan kesehatan ekosistem, karena burung adalah indikator lingkungan yang sensitif terhadap perubahan habitat. Sebanyak 34 spesies burung dari 22 famili telah teridentifikasi di kawasan konservasi Pasemah, termasuk di Gumai Pasemah, dengan beberapa di antaranya dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor P.106/2018.
Pengelolaan Suaka Margasatwa
Pengelolaan Suaka Margasatwa Gumai Pasemah dilakukan oleh BKSDA Sumatera Selatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Kegiatan pengelolaan meliputi:
-
Perlindungan: Patroli rutin untuk mencegah perburuan liar dan perambahan hutan.
-
Pemeliharaan: Rehabilitasi ekosistem melalui penanaman pohon dan pengendalian spesies invasif.
-
Pemanfaatan Terbatas: Penelitian ilmiah, pendidikan, dan ekowisata dengan izin ketat untuk meminimalkan gangguan terhadap satwa.
-
Pengawasan: Pemantauan populasi satwa dan kualitas habitat menggunakan teknologi seperti kamera jebak dan survei lapangan.
Kawasan ini dibagi menjadi beberapa blok pengelolaan berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor 76/2015, yaitu:
-
Blok Perlindungan: Area inti untuk perlindungan satwa dan habitat tanpa aktivitas manusia.
-
Blok Pemanfaatan: Area untuk penelitian dan wisata terbatas.
-
Blok Rehabilitasi: Area yang sedang dipulihkan dari degradasi.
Tantangan dalam Konservasi
Meskipun memiliki peran penting dalam konservasi, Suaka Margasatwa Gumai Pasemah menghadapi beberapa tantangan:
-
Perambahan Hutan: Aktivitas pertanian dan penebangan liar sebelum penetapan kawasan menyebabkan degradasi habitat. Contohnya, perambahan di Suaka Margasatwa Rawa Singkil sejak 2019 menunjukkan ancaman serupa yang mungkin terjadi di Gumai Pasemah (tempo.co).
-
Konflik Satwa-Manusia: Populasi satwa seperti harimau Sumatera kadang-kadang keluar dari kawasan mencari makanan, menyebabkan konflik dengan masyarakat sekitar.
-
Minimnya Sosialisasi: Menurut forestdigest.com, sosialisasi tentang pentingnya suaka margasatwa sering kali kalah populer dibandingkan taman nasional, menyebabkan kurangnya dukungan masyarakat lokal.
-
Perubahan Iklim: Curah hujan ekstrem dan perubahan musim dapat memengaruhi ketersediaan pakan dan pola migrasi satwa.
-
Keterbatasan Sumber Daya: Anggaran dan tenaga pengelola terbatas, memengaruhi efektivitas patroli dan rehabilitasi.
Solusi dan Upaya Konservasi
Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa solusi telah dan sedang diterapkan:
-
Rehabilitasi Habitat: Penanaman kembali spesies asli seperti Shorea spp. dan pengendalian spesies invasif untuk memulihkan ekosistem.
-
Patroli dan Pengawasan: Peningkatan frekuensi patroli menggunakan teknologi seperti drone dan kamera jebak untuk mendeteksi aktivitas ilegal.
-
Edukasi Masyarakat: Program penyuluhan oleh BKSDA Sumatera Selatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat lokal tentang pentingnya konservasi.
-
Mitigasi Konflik: Pembuatan zona penyangga di sekitar kawasan untuk mengurangi interaksi satwa liar dengan manusia, seperti yang dilakukan di Suaka Margasatwa Arau Hilir (mongabay.co.id).
-
Kolaborasi dengan Pihak Swasta: Keterlibatan perusahaan seperti PT Mitsui Sumitomo (seperti di Suaka Margasatwa Paliyan) untuk mendanai rehabilitasi hutan.
Peran dalam Konservasi dan Penelitian
Suaka Margasatwa Gumai Pasemah memiliki peran penting dalam:
-
Konservasi Satwa Langka: Melindungi spesies seperti harimau Sumatera dan beruang madu dari ancaman kepunahan.
-
Penelitian Ilmiah: Menyediakan lokasi untuk studi ekologi, seperti survei mamalia kecil oleh repository.ipb.ac.id, yang mengidentifikasi keanekaragaman spesies di kawasan ini.
-
Pendidikan dan Ekowisata: Menawarkan peluang untuk pendidikan lingkungan dan wisata terbatas, meningkatkan kesadaran tentang keanekaragaman hayati.
-
Pelestarian Ekosistem: Menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis yang mendukung rantai makanan dan penyebaran biji oleh satwa.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Kawasan ini memberikan manfaat bagi masyarakat lokal melalui:
-
Pariwisata Terbatas: Ekowisata yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan pendapatan bagi komunitas sekitar, seperti pemandu wisata atau penyedia jasa lokal.
-
Pelestarian Budaya: Dataran tinggi Pasemah memiliki nilai budaya, termasuk situs megalitik yang dilindungi sebagai bagian dari warisan nasional.
-
Keseimbangan Ekologi: Menjaga sumber air dan kualitas udara, yang mendukung pertanian dan kehidupan masyarakat sekitar.
Kesimpulan
Suaka Margasatwa Gumai Pasemah adalah kawasan konservasi vital di Sumatera Selatan yang melindungi keanekaragaman hayati, khususnya satwa liar seperti harimau Sumatera, beruang madu, dan berbagai spesies burung. Dengan luas 45.883 hektare, kawasan ini memiliki ekosistem hutan tropis dataran rendah yang kaya, didukung oleh vegetasi seperti Shorea spp. dan upaya rehabilitasi habitat. Meskipun menghadapi tantangan seperti perambahan dan konflik satwa-manusia, pengelolaan oleh BKSDA Sumatera Selatan dan kolaborasi dengan pihak lain telah memperkuat peran kawasan ini dalam konservasi, penelitian, dan pendidikan. Untuk informasi lebih lanjut, sumber seperti balaiksdasumsel.org, repository.ipb.ac.id, dan situs KLHK dapat memberikan wawasan tambahan. Dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, Suaka Margasatwa Gumai Pasemah akan terus menjadi benteng pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.
Sumber:
-
repository.ipb.ac.id, Studi Keanekaragaman Jenis Mamalia Kecil di Suaka Margasatwa Gumai Pasemah.
-
balaiksdasumsel.org, Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Suaka Margasatwa Isau-Isau.
BACA JUGA: Masalah Sosial di Indonesia pada Tahun 1900-an: Dampak Kolonialisme dan Kebangkitan Kesadaran Sosial
BACA JUGA: Perkembangan Teknologi Militer Portugal: Dari Era Penjelajahan hingga Abad Modern