Suaka Margasatwa Way Kambas: Jantung Konservasi Biodiversitas di Lampung

shercat.com, 11 MEI 2025

Penulis: Riyan Wicaksono

Editor: Muhammad Kadafi

Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88  

 

Taman Nasional Way Kambas, Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati -  Kompas.com

 

 

Taman Nasional Way Kambas (TNWK), yang awalnya dikenal sebagai Suaka Margasatwa Way Kambas, adalah salah satu kawasan konservasi terpenting di Indonesia. Terletak di Provinsi Lampung, Pulau Sumatera, kawasan ini menjadi rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna langka, termasuk gajah Sumatera, badak Sumatera, dan harimau Sumatera. Dengan luas sekitar 125.621 hektar, TNWK tidak hanya berperan sebagai benteng pelestarian biodiversitas, tetapi juga sebagai pusat penelitian, pendidikan, dan ekowisata. Artikel ini menyajikan informasi mendetail tentang sejarah, ekosistem, biodiversitas, program konservasi, aktivitas wisata, tantangan, dan prospek masa depan Taman Nasional Way Kambas.

1. Sejarah dan Perkembangan Kawasan

Awal Mula

Kawasan Way Kambas pertama kali ditetapkan sebagai hutan lindung pada 1924 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada 26 Januari 1937, melalui Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 26, kawasan seluas 130.000 hektar resmi menjadi Suaka Margasatwa Way Kambas untuk melindungi satwa liar seperti gajah, badak, dan harimau.

Pada 1968–1974, kawasan ini sempat mengalami degradasi akibat izin penebangan kayu oleh Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT Andatu, mengubah sebagian hutan primer menjadi hutan sekunder. Pada 1978, statusnya diubah menjadi Kawasan Pelestarian Alam (KPA) melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/Kpts-7/1978. Pada 1982, kawasan ini ditingkatkan menjadi Taman Nasional Way Kambas, dan pada 1999, luasnya ditetapkan menjadi 125.621 hektar melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 670/Kpts-II/1999.

Peran dalam Konservasi

Sejak pendiriannya, Way Kambas telah menjadi pusat konservasi spesies kunci (flagship species) Sumatera bagian selatan, seperti gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), dan tapir (Tapirus indicus). Kawasan ini juga dikenal sebagai salah satu lokasi penting untuk pelestarian burung air langka, seperti mentok rimba (Cairina scutulata).

2. Letak Geografis dan Ekosistem

  10 Suaka Margasatwa yang Ada di Indonesia. Kira-Kira Melindungi Hewan Apa  Saja, Ya? - Muffingraphics.com    

Lokasi

Taman Nasional Way Kambas terletak di dataran rendah Lampung, meliputi Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah, dengan koordinat geografis sekitar 4°37’–5°16’ Lintang Selatan dan 105°33’–105°54’ Bujur Timur. Kawasan ini dapat diakses dari Bandar Lampung dalam waktu sekitar 2 jam melalui jalur darat, melewati daerah perkebunan dan situs purbakala Pugung Raharjo.

Topografi dan Iklim

TNWK berada pada ketinggian 0–60 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan topografi relatif datar. Iklimnya tropis basah, dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.000–2.500 mm dan suhu berkisar antara 22–32°C. Musim kemarau biasanya terjadi pada Juli–September, sementara musim hujan berlangsung pada Oktober–April.

Ekosistem

TNWK memiliki lima tipe ekosistem utama yang mendukung keanekaragaman hayati:

  1. Hutan Hujan Dataran Rendah: Didominasi oleh vegetasi sekunder akibat penebangan masa lalu, dengan spesies seperti merbau (Intsia palembanica), mahang (Macaranga sp.), dan sempur (Dillenia aurea).

  2. Hutan Rawa: Terutama di daerah Wako, didominasi oleh gelam (Melaleuca leucadendron), pulai (Alstonia scholaris), dan palem seperti aren (Arenga pinnata).

  3. Hutan Mangrove: Ditemukan di pesisir, dengan spesies seperti api-api (Avicennia officinalis), Rhizophora sp., dan nipah (Nypa fruticans).

  4. Hutan Pantai: Berupa vegetasi pantai dengan pohon kelapa dan pandan.

  5. Padang Rumput: Seluas sekitar 40.780 hektar, merupakan akibat kebakaran hutan dan penebangan pada 1990-an, didominasi oleh ilalang (Imperata cylindrica).

Ekosistem ini menciptakan habitat yang mendukung berbagai spesies flora dan fauna, meskipun padang rumput menimbulkan tantangan karena rentan terhadap kebakaran.

3. Keanekaragaman Hayati

  Taman Nasional Way Kambas Terkenal dengan Tempat Konservasi Gajah    

TNWK dikenal sebagai salah satu kawasan dengan biodiversitas terkaya di Sumatera, menampung:

  • Mamalia: 50 spesies, termasuk 36 spesies dilindungi seperti gajah Sumatera, badak Sumatera, harimau Sumatera, tapir, beruang madu (Helarctos malayanus), siamang (Symphalangus syndactylus), kancil (Tragulus javanicus), dan macan dahan (Neofelis nebulosa).

  • Burung: 302 spesies, termasuk mentok rimba, enggang (Buceros sp.), dan berbagai burung air migratori.

  • Reptil: 13 spesies, seperti buaya muara (Crocodylus porosus) dan biawak (Varanus salvator).

  • Amfibi: 17 spesies, termasuk katak pohon dan kodok rawa.

  • Ikan Air Tawar: 48 spesies, termasuk ikan gabus (Channa striata) dan betok (Anabas testudineus).

  • Kupu-Kupu: 77 spesies, termasuk kupu-kupu raja (Trogonoptera brookiana).

Spesies Kunci

  1. Gajah Sumatera: Populasi gajah di TNWK diperkirakan kurang dari 200 ekor, menghadapi ancaman konflik manusia-satwa akibat alih fungsi lahan.

  2. Badak Sumatera: Populasi sangat kritis, dengan hanya beberapa ekor tersisa di Suaka Rhino Sumatera (SRS). Program breeding intensif dilakukan untuk mencegah kepunahan.

  3. Harimau Sumatera: Terekam melalui kamera jebak, menunjukkan keberadaan populasi yang masih aktif, meskipun terancam perburuan dan hilangnya habitat.

  4. Tapir dan Beruang Madu: Spesies ini menunjukkan adaptasi yang baik di ekosistem rawa dan hutan sekunder.

4. Program Konservasi

TNWK memiliki beberapa program konservasi unggulan untuk melindungi spesies langka dan meminimalkan konflik manusia-satwa.

Pusat Konservasi Gajah (PKG)

Didirikan pada 1985, PKG Way Kambas adalah pusat pelatihan dan konservasi gajah pertama di Indonesia. Tujuannya adalah:

  • Mengurangi konflik manusia-gajah dengan menjinakkan gajah liar yang masuk ke pemukiman.

  • Melatih gajah untuk tugas seperti patroli hutan, pengendalian kebakaran, dan penyelamatan satwa.

  • Mendukung penelitian dan pendidikan konservasi.

Gajah di PKG dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan fungsi:

  • Gajah Tangkap: Gajah liar yang baru ditangkap untuk dilatih.

  • Gajah Atraksi: Dilatih untuk kegiatan edukasi seperti bermain bola atau berenang.

  • Gajah Patroli: Digunakan untuk mengusir gajah liar dari pemukiman.

  • Gajah Kerja: Membantu tugas seperti transportasi kayu atau penyelamatan.

Saat ini, PKG memiliki sekitar 60–70 gajah dengan 40 pawang dan tim medis. Konflik manusia-gajah telah berkurang signifikan berkat patroli dan pelatihan ini.

Suaka Rhino Sumatera (SRS)

SRS didirikan pada 1995 untuk menyelamatkan badak Sumatera dari kepunahan. Program utamanya meliputi:

  • Penangkaran: Badak seperti Ratu dan Andatu telah berhasil berkembang biak di SRS, meskipun populasi total tetap kritis.

  • Pemantauan: Kamera jebak digunakan untuk memantau pergerakan badak liar.

  • Rehabilitasi Habitat: Penanaman kembali pohon asli untuk memulihkan hutan primer.

SRS adalah satu-satunya tempat di dunia yang melakukan breeding badak Sumatera secara intensif, dengan dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta organisasi seperti TFCA-Sumatera.

Konservasi Harimau dan Satwa Lain

  • Pemantauan Satwa: Kamera jebak yang dipasang sejak 2012 oleh Auriga Nusantara telah merekam keberadaan harimau, tapir, dan mamalia lain, membantu pemetaan populasi.

  • Patroli Anti-Perburuan: Tim ranger TNWK melakukan patroli rutin untuk mencegah perburuan liar.

  • Pendidikan Komunitas: Program edukasi bagi masyarakat sekitar untuk mengurangi perburuan dan perdagangan satwa.

5. Aktivitas Wisata dan Edukasi

TNWK adalah destinasi ekowisata populer yang menawarkan pengalaman konservasi dan petualangan alam. Aktivitas utama meliputi:

  • Pusat Konservasi Gajah: Pengunjung dapat menyaksikan atraksi gajah seperti berenang, bermain bola, atau berjoget (dengan fokus pada edukasi, bukan eksploitasi). Aktivitas menunggang gajah telah dihentikan untuk memprioritaskan kesejahteraan hewan.

  • Suaka Rhino Sumatera: Tur terbatas untuk melihat badak di habitat semi-alami, dengan pemandu resmi.

  • Jungle Trekking: Menjelajahi hutan dengan pemandu untuk mengamati flora, fauna, dan ekosistem rawa.

  • Safari Malam: Pengalaman malam hari untuk melihat satwa nokturnal seperti loris atau musang.

  • Wisata Sungai: Menyusuri Sungai Way Kambas dengan perahu untuk mengamati burung air dan vegetasi mangrove.

  • Kemah dan Outbound: Area perkemahan tersedia untuk kelompok wisatawan atau pelajar.

Tiket dan Akses

Harga tiket masuk relatif terjangkau, sekitar Rp5.000–Rp10.000 per orang (domestik) dan Rp150.000 untuk wisatawan asing (data 2022). Aktivitas seperti jungle trekking atau safari malam memerlukan pemesanan sebelumnya. TNWK dapat diakses melalui jalur darat dari Bandar Lampung ke Way Jepara, dilanjutkan ke pintu masuk di Way Kanan.

Aturan Wisata

  • Pengunjung wajib didampingi pemandu resmi.

  • Dilarang memberi makan satwa atau membuang sampah sembarangan.

  • Kegiatan wisata tidak boleh mengganggu kesejahteraan satwa, sesuai dengan kebijakan konservasi terbaru.

6. Tantangan Konservasi

Meskipun memiliki peran penting, TNWK menghadapi sejumlah tantangan:

  • Degradasi Habitat: Padang ilalang seluas 40.780 hektar akibat kebakaran dan penebangan masa lalu mengurangi luas hutan primer. Kebakaran berulang, terutama saat musim kemarau, memperburuk kondisi ini.

  • Konflik Manusia-Satwa: Gajah dan harimau sering memasuki pemukiman sekitar, menyebabkan kerusakan lahan pertanian dan ancaman keselamatan. Program patroli gajah membantu, tetapi solusi jangka panjang seperti koridor satwa masih terbatas.

  • Perburuan dan Perdagangan Ilegal: Badak dan harimau tetap menjadi target perburuan untuk cula dan kulit, meskipun patroli telah mengurangi insiden ini.

  • Pendanaan dan Sumber Daya: Konservasi intensif seperti SRS memerlukan dana besar, yang sebagian bergantung pada donasi internasional.

  • Tekanan Alih Fungsi Lahan: Perkebunan kelapa sawit dan pemukiman di sekitar TNWK mengancam batas kawasan.

7. Prospek Masa Depan

TNWK memiliki potensi besar untuk menjadi model konservasi global dengan strategi berikut:

  • Restorasi Habitat: Program reboisasi untuk mengganti padang ilalang dengan hutan primer, dengan spesies seperti merbau dan mahang.

  • Pengembangan Ekowisata: Meningkatkan fasilitas wisata berbasis edukasi, seperti pusat interpretasi biodiversitas, untuk menarik lebih banyak pengunjung domestik dan internasional.

  • Kolaborasi Internasional: Kerja sama dengan organisasi seperti WWF, IUCN, dan TFCA-Sumatera untuk pendanaan dan teknologi konservasi.

  • Pemberdayaan Masyarakat: Melibatkan komunitas lokal dalam kegiatan ekowisata dan patroli untuk mengurangi konflik dan meningkatkan pendapatan.

  • Teknologi Pemantauan: Penggunaan drone dan kamera jebak canggih untuk memantau satwa dan mencegah perburuan.

8. Kontribusi bagi Indonesia dan Dunia

TNWK tidak hanya melindungi biodiversitas Sumatera, tetapi juga berkontribusi pada:

  • Konservasi Global: Sebagai salah satu dari sedikit tempat yang melindungi badak Sumatera, TNWK memiliki peran strategis dalam mencegah kepunahan spesies ini.

  • Penelitian Ilmiah: Kawasan ini menjadi laboratorium alami bagi studi ekologi, perilaku satwa, dan restorasi ekosistem.

  • Pendidikan dan Kesadaran Publik: Melalui ekowisata, TNWK mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pelestarian alam.

  • Ekonomi Lokal: Ekowisata dan kegiatan konservasi menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Lampung.

9. Kesimpulan

Taman Nasional Way Kambas, yang berakar dari Suaka Margasatwa Way Kambas, adalah simbol ketahanan konservasi di tengah tekanan pembangunan dan perubahan lingkungan. Dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, program konservasi inovatif seperti PKG dan SRS, serta potensi ekowisata yang besar, TNWK menawarkan harapan bagi pelestarian spesies langka seperti gajah, badak, dan harimau Sumatera. Meskipun menghadapi tantangan seperti degradasi habitat dan konflik manusia-satwa, dengan dukungan pemerintah, masyarakat, dan dunia internasional, TNWK dapat terus menjadi jantung konservasi biodiversitas di Indonesia. Kunjungan ke Way Kambas bukan hanya perjalanan wisata, tetapi juga kesempatan untuk menyaksikan upaya nyata menjaga warisan alam untuk generasi mendatang.

Sumber:

BACA JUGA: Perkembangan Teknologi Militer Turki: Dari Modernisasi hingga Kemandirian Strategis

BACA JUGA: Perjalanan Karier Hingga Debut Besar BTS (Bangtan Sonyeondan): Dari Agensi Kecil Menuju Ikon Global

BACA JUGA: Perjalanan Karier Hingga Debut Besar Johnny Depp: Dari Musisi Amatir Menuju Ikon Hollywood